Kedermawanan
Sifat dermawan adalah salah satu bentuk kebajikan dari orang yang beriman. Sedangkan tamak dan kikir adalah sifat orang kafir. Dua sisi ini dapat dibedakan dari keimanan yang ada, orang yang beriman yakin bahwa rizki itu datangnya dari Allah swt semata, dan Dialah yang menjaminnya, adapun orang kafir akan dirundung ketakutan terhadap kefakiran yang selalu menjadi bayang-bayang hitam bagi kehidupannya, karena dia berburuk sangka pada Allah. Melihat kehidupan ini dengan pandangan materi belaka.
Hanya menuruti nafsu syaitan belaka, mendewakan akal sebagai pondasi segala-galanya, jauh dari cerminan cahaya ilahi, Al-Quran dan Al-hadis. Sehingga yang akan timbul hanya kerusakan, kerugian dan malapetaka bagi keberlangsungan umat manusia dan ketentraman jiwa.
Mereka yang menganut faham materialisme menganggap bahwa harta atau kekayaan datang karena semata usaha manusia, padahal harta tidak akan datang dengan sendirinya dan tidak mudah pula mendapatkannya kecuali dengan izin dan taufik Allah swt. Manusia hanya berusaha, berbuat dan berdoa, hasil dari usaha itu Allah lah yang mengaturnya.
Apa daya manusia yang lemah ini dalam memikul ribuan kewajiban kalau semuanya tidak disandarkan kepada Sang Pencipta. Bagai seorang penumpang kapal laut yang enggan meletakkan semua bebannya di ruangan kapal, tapi dengan sombong mengangkat semua beban itu sampai pada tujuan, padahal orang yang berakal cukup dengan meletakkan semua bebannya dikapal, dan percaya bahwa kapal tersebut di nahkodahi oleh seorang ahli dalam hal itu, sehingga tidak khawatir lagi, bahkan kepercayaan akan timbul dalam diri seseorang.
Berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan kesombongannya, tidak berharap bantuan sama sekali kepada sang nahkoda, sehingga hanya rasa lelah dan dongkol akan muncul dalam setiap perjalanannya.
Begitulah arti dari sebuah harta dan kekayaan bagi manusia, tidak seorangpun yang dapat berargumentasi dan dengan seyakin-yakinnya kalau hanya kemampuan dirilah satu-satunya yang dapat melangkahkan dan mensukseskan semua keinginannya, apakah kita lalai dari manakah semua kenikmatan yang kita dapat?
Dari manakah anggota tubuh ini, kesehatan, akal, ketampanan, adanya indra pendengaran, pengecap rasa? Timbulnya rasa sakit jika ada bahaya mengena anggota tubuh kita, dan masih banyak lagi kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita.
Dengan begitu kedermawanan yang timbul dalam diri manusia adalah bentuk rasa peduli kepada sesamanya, yakin bahwa sesamanyapun ada hak dalam diri hartanya, karena betapa rugi seseorang kalau dirinya berjaya sementara tidak ada manfaat yang diberikan bagi masyarakatnya.
Apalah arti harta seorang bernama ”Qorun” kalau hanya untuk memperkaya diri sendiri, yang pada akhirnya semua kekayaannya itu ditelan bumi dan hanya kemurkaan Allahlah yang tinggal baginya karena kesombongannya.
Orang beriman yakin bahwa harta yang didermakannya tidak akan habis, bahkan akan menjadi berkah dan bertambah, sebagaimana janji Allah dalam al-Quran surat Saba ayat 39, “Dan apapun yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantikannya.”
Ini adalah sebuah rumusan khusus bagi kaum muslimin. Agar mereka percaya ketika menafkahkan hartanya dijalan Allah, maka Allah akan menggantikannya, bisa didunia ataupun di akhirat.
Mereka yang mendermakan harta karena Allah, karena ingin benar-benar berharap kajayaaan Islam tercapai, mereka adalah orang-orang yang mulia disisi Allah, keberkahan dalam kehidupannya adalah sebagai bukti bahwa janji Allah itu benar.
Anak-anak mereka bermoral sholeh, kehidupan yang serba cukup, kehidupan rumah tangga yang harmonis, dan lain sebagainya.
Kalau kita melihat bangsa yang besar ini, Indonesia. Betapa kaum muslimin di sini terbesar di dunia, bahkan untuk ukuran orang terkaya Indonesia terbanyak di Asia, menempati urutan ke tiga setelah Singapura dan India.
Tapi kemanakah mereka dalam membantu saudara-saudaranya yang masih terpenjara dalam kemiskinan? Bermilyar bahkan trilyunan mereka hasilkan, tapi kadangkala manusia lupa pada dirinya, siapakah dirinya sebelum menjadi orang sukses? Sebagaian mereka dalam mencapai kesuksesannya penuh dengan keringat perjuangan, tapi kadangkala manusia lupa tatkala kesuksesan itu terwujud, menganggap bahwa kesuksesan adalah hasil usahanya semata. Tak punya peduli dengan sesama. Padahal kearogansiannya hanya akan menjadi bom waktu yang suatu saat akan membahayakan bagi diri mereka.
Kejayaan masa orde baru telah tumbang dengan sendirinya, keegoismean para pemimpin di waktu itu memunculkan kebencian yang mendalam bagi bangsa Indoneisia, kekikiran para pejabat bahkan korupsi yang merajalela telah menghancurkan Indonesia yang tercinta ini.
Maka tolak utama keberhasilan umat ini berpusat dari kedermawanan setiap bangsa pada umumnya, dan pemerintah pada khususnya, hal ini bisa dilihat dengan berkembangnya ekonomi bangsa. Kemajuan dalam semua aspek kebangsaanpun akan terealisasikan, tapi tidaklah cukup dengan kemajuan ekonomi saja dan kedermawan pemerintah saja dalam rangka memajukan bangsa, tapi nilai agamis dan moral bangsalah yang membuat kedermawanan itu mengandung sebuah arti. Apalah arti derma jika disertai dengan nuansa dam tujuan duniawi yang sebenarnya hanya merugikan bangsa ini.
Terakhir, apapun kemampuan yang kita miliki, pikiran, harta, tenaga dan sumbangsih lainnya kita dermakan demi memajukan Indonesia menuju bangsa yang diridhoi Allah swt.
Dan di masisir adalah sebuang bangsa yang menjadi sarana buat kita melatih itu semua.
Posted by Ruhama
on 03.41. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response